Kritik & Essai Puisi Mashuri
Kritik & Essai Puisi
Puisi karya Mashuri yang berjudul Hantu Kolam, Hantu Musim, dan Hantu Dermaga memiliki makna berbeda-beda walaupun pengarangnya sama. Yang pertama yakni puisi yang berjudul Hantu Kolam, pada puisi tersebut memiliki 15 baris dan 4 bait. Pada puisi tersebut memiliki makna yakni pada bait 1 bermakna bahwa ada seseorang yang melihat seorang tentara yang sedang berlari dan seseorang tersebut menatap tentara dengan ekspresi wajah ketakutan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya suatu masalah pada daerah seseorang tersebut hingga ia ketakutan saat melihat tentara.
Pada bait ke-2 memiliki makna yakni seseorang saat di masa lalunya memiliki kejadian yang sangat buruk dan luka yang begitu parah hingga saat mengingat masa itu ia begitu sakit. Pada bait ke-3 memiliki makna bahwa sepi membuat ia semakin sedih karena luka di masa lalunya yang tak bisa terobati dan membuat ia semakin terpuruk. Pada bait ke-4 memiliki makna bahwa sangat berat jika berada di masa saat ini lalu, tiba-tiba ada kejadian yang mengingatkan pada luka di masa lalu.
Pada puisi kedua yang berjudul Hantu Musim. Pada bait ke-1 memiliki makna bahwa masa lalu yang sangat pahit sulit sekali diterima di masa saat ini, karena luka yang begitu dalam, dapat membuat seseorang sedih saat harus mengingat kembali kejadian di masa lalu tersebut. Pada bait ke-2 memiliki makna bahwa karena masalah di masa lalu membuat seseorang menjadi dewasa dan mengerti arti berbagai jenis kehidupan di dunia ini. Pada bait ke-3 memiliki makna bahwa suka dan duka dalam menghadapi masalah merupakan hal yang wajar dan semua masalah di masa lalu walaupun itu menyakitkan tetapi, semua masalah memiliki makna dan dapat menjadi pelajaran hidup.
Pada puisi ketiga yang berjudul Hantu Dermaga, Pada bait ke-1 memiliki makna bahwa berbagai kisah yang dialami oleh seseorang dalam kehidupan ini menjadi pelajaran untuk kehidupannya. Pada bait ke-2 memiliki makna bahwa perihal kematian seseorang yang ada di dunia ini merupakan rahasia Tuhan dan kehidupan di dunia ini hanya sekali, tidak ada kehidupan kedua.
Dian Dikatika
Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Komentar
Posting Komentar